ANALISIS STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN KEBERLANJUTAN AGRIBISNIS KOPI ARABIKA DI KABUPATEN ENREKANG

Ekspor kopi yang tinggi tidak sejalan dengan produktivitas kopi yang masih rendah, terutama disebabkan oleh beberapa kendala. Kendala tersebut meliputi kurangnya koordinasi, perbedaan pemahaman di berbagai tingkatan, keterbatasan sumber daya manusia, infrastruktur pertanian yang terbatas, serta
pengetahuan dan keterampilan teknologi yang belum memadai di kalangan petani dan petugas pertanian. Selain itu, kelembagaan petani juga belum optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) memperjelas peran yang dimainkan oleh lembaga-lembaga agribisnis dalam meningkatkan produksi kopi arabika, (2) mengidentifikasi hambatan-hambatan yang menghambat efektivitas peran lembaga agribisnis dalam meningkatkan produksi kopi arabika, (3) merancang program-program strategis yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi kopi arabika, dan (4) melakukan analisis tentang keberlanjutan dari agribisnis kopi arabika. Dalam penelitian ini, digunakan
metode survei, intervew, dan diskusi kelompok terarah. Data asli dikumpulkan melalui proses wawancara dengan para informan atau pakar menggunakan kuisioner sebagai bantuan, kemudian dianalisis menggunakan dua metode, yaitu: (1) Interpretative Structural Modeling untuk mencapai tujuan 1, 2, dan 3,
serta (2) Multidimensional Scaling untuk mencapai tujuan 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Enrekang merupakan lembaga utama yang berperan dalam meningkatkan produksi kopi arabika, (2) hambatan utama terhadap koordinasi antar lembaga adalah kurangnya keterlibatan lembaga-lembaga sejak awal, (3)
Program strategis yang dapat meningkatkan produksi kopi arabika di Kabupaten Enrekang meliputi program penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi kopi arabika dengan fokus pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani, dan (4) Keberlanjutan bisnis kopi arabika berdasarkan dimensi kelembagaan memiliki tingkat keberlanjutan yang tinggi. Sementara itu, keberlanjutan bisnis kopi arabika dalam aspek ekonomi, ekologi, dan teknologi dikategorikan sebagai cukup berkelanjutan. Namun, dari segi dimensi sosial budaya, keberlanjutan bisnis kopi arabika dianggap kurang memadai.